Cerpen Kapsah | Terhimpit Durjana Cinta

 Cerpen Kapsah




Ini terlalu mengusik jiwaku. Ada yang geram dan berencana menuduhnya sebagai perempuan kotor. Ada yang menunggu-nunggu ibunya dicemooh oleh orang sekampung, bahkan sudah ada yang menyiapkan redaksi bahan omongan orang-orang sekampung jika perutnya membesar sebelum menikah.

Aku sering mendengar cerita Darsiah, bahwa ibu serta neneknya selalu berpesan “awas dan hati-hati” ketika dia akan keluar rumah. Bukan hanya takut dia akan terjatuh di tengah jalan yang rusak, berbatu, berdebu halus ketika panas, namun licin serta jalanan berubah seperti kolam-kolam kecil di musim penghujan. Darsiah tinggal di kampung terpencil, meski jaraknya tak jauh dari kampung sebelah, tapi dengan kondisi jalanan yang seperti itu rasanya melelahkan dan tak jarang dia merasa bahwa kampungnya sedikit terabaikan. Aku pernah mengantarnya pulang. Dari jalan raya jalanan mulus hanya sampai kampung sebelah, sedangkan menuju kampungnya rusak dan terabaikan. 

Ibunya bertambah panik ketika Darsiah sering pulang malam. Darsiah menjelaskan bahwa dia ikut kegiatan organisasi, ibunya paham tapi memintanya untuk nanti tidak pulang sampai malam. Minggu selanjutnya Darsiah jarang pulang ke rumah, ibunya seolah semakin marah.

Ya, selama hampir satu tahun ini beberapa perawan di kampungnya hamil di luar nikah, dan setiap kejadian seperti itu Darsiah selalu terkena sasaran bahkan ada yang bilang bahwa dia berpotensi mengalami hal serupa. Pandangan itu muncul hanya karena Darsiah sering pulang sampai malam atau bahkan tidak pulang, tanpa mereka tahu apa yang Darsiah lakukan di luar. Anggapan mereka kepada Darsiah sama dengan perawan yang keluar hanya untuk main dan pulang malam sampai hamil di luar nikah. Setelah beberapa bulan lalu geger perawan si tukang nongkrong itu hamil duluan, banyak yang mewajarkannya, ada juga yang berpikir seolah itu pantas untuk diterimanya, bukan menganggapnya sebagai musibah. 

Selang beberapa bulan berikutnya, tetangga di samping rumahnya mengalami hal yang sama, dicemooh orang-orang bahkan, jadi topik hangat perbincangan. Si perawan ceria, jarang keluar rumah, aktif menggunakan medsos tapi bekal pendidikannya kurang, baik dari orang tua atau sekolah formal karena dia bahkan tidak sampai lulus SD, kadang ketika bicara kosakatanya pun tidak rapi, ketika dia kenal laki-laki lewat medsos dan mengiming-imingkan sesuatu dia langsung terbuai serta terlena akhirnya terjerumus. Lagi-lagi Darsiah kena teguran dari ibunya, meskipun begitu dia tetap diberi wejangan.

Hal itu membuatnya semakin tidak nyaman, namun dia tetap bersikap masabodo meski sedikit ada rasa khawatir, tapi dia yakin selama dia benar dan berpegang teguh dengan iman, insyaallah aman seperti wejangan dari ibu dan guru-guru di sekolah. Baru reda dan sudah mulai adem ayem perbincangan tentang si perawan tukang nongkrong dan si perawan ceria, sekarang tetangga di belakang rumahnya ketahuan lagi hamil di luar nikah, dia kakak kelas Darsiah, hanya saja mereka beda sekolah. Terkenal kalem, pulang seolah langsung pulang, namun kedua orang tuanya sibuk kerja dan ketahuan sudah hamil tiga bulan. Ternyata nyai tukang urut yang tidak sengaja membeberkannya. Awalnya tidak geger, tapi karena neneknya melabrak semua orang yang dianggap mengumbar aib yang tidak benar, orang-orang semakin yakin dan percaya bahwa nyai tukang urut tidak mengada-ngada. Akhirnya kampung mulai ramai, orang-orang saling mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Ada yang sudah masabodo dan menganggapnya hal yang lumrah dan biasa, ibu-ibu yang punya perawan mulai menegur dan memberikan wejangan kembali, begitu juga Darsiah, dia tidak boleh aktif organisasi lagi oleh ibunya. 

“Aku bosan Wati selalu menjadi sasaran untuk menjadi pelaku durjana selanjutnya. Sekarang ibuku melarangku untuk ikut organisasi. Aku paham keluargaku takut dan khawatir, tapi aku enggak mau! Pokoknya aku mau masabodo saja dan enggak bakalan mengubah kegiatanku, lagian apa yang aku lakukan positif kan?” keluhnya kepadaku sambil menusuk-nusuk cimol yang dipegangnya. 

“Sabar ya, mungkin enggak hanya kamu, perawan-perawan lain juga sama. Tapi kamu yakin enggak mau nurutin kemauan ibumu untuk tidak aktif organisasi terlebih dulu?” 

“Iya Wati, hal seperti itu kan baiknya kita hindari dengan menguatkan iman dan pilih teman serta tempat pergaulan, bukan berarti harus berhenti dan membatasi kegiatan dan pergaulan,” dalihnya penuh keyakinan. 

Benar saja, Darsiah tidak menuruti ibunya untuk berhenti dari organisasi di sekolahnya. Bahkan akhir-akhir ini dia lebih sering diantar oleh teman laki-laki. Kadang pulang dengan teman satu kelas, kadang juga diantar oleh kakak kelas seorganisasi, atau bahkan diantar teman laki-lakinya ketika SMP dulu karena tak sengaja lewat. Orang-orang semakin sinis, saling bergunjing. Ibu Darsiah semakin jengkel. Anak-anak lainnya yang masih perawan diawasi oleh orang tuanya, pulang sekolah harus segera pulang dan yang bekerja pun begitu. Sedangkan yang sudah tidak punya anak perawan seolah menunggu-nunggu hal yang tidak diinginan itu terjadi hanya karena sirik terhadap orang tuanya atau iri melihat jika perawan diantar oleh laki-laki bermotor bagus, sedangkan menantunya hanya seorang penjual cilok, atau pekerja serabutan lainnya. 

Darsiah merasa geram dengan gadis-gadis yang menurutnya sudah mengubah makna cinta, menjadi pelaku durjana cinta. Dia juga jengkel dengan sikap orang-orang, bukankah hal tersebut adalah bagian dari musibah sekampung, menurutnya. Dia saja membayangkan betapa dia dan keluarganya sudah terhimpit dosa oleh perbuatan-perbuatan hina tersebut. Bagaimana tidak, dari rumah si perawan tukang nongkrong dia masih terhitung empat puluh rumah, apalagi yang pelakunya di belakang rumahnya sendiri, hanya jeda beberapa batako, mungkin bisa juga menjadi rumah pertama dari empat puluh rumah yang terkena dosanya. Selain itu, Darsiah merasa heran, hanya karena perbedaan keadaan serta sirik atau iri kemudian orang-orang ingin sekali hal terburuk itu terjadi pada orang yang dituju, padahal tetangga terdekatnya sendiri dan seketika lupa bahwa akan terpercik dosa juga, meskipun tidak semuanya begitu. 

Keesokan harinya ketika libur, Darsiah keluar dari rumah dan bergabung dengan ibu, bibi, serta Arin yang sedang makan rujak sambil ngobrol-ngobrol. Kemudian Arin bertanya “Teh Darsiah kalau di sekolah ikut kegiatan apa saja? Rupanya seru yah Teh sampai kadang enggak pulang?” pertanyaan dengan penuh penasaraan.

“OSIS dan Paskibra. Saya kalau enggak pulang berarti ada latihan dan kegiatan lain di rumah teman atau di sekolah lain.” 

“Selain itu apa lagi? Bagi dong pengalamannya Teh.”

“Saya ikut kegiatan-kegiatan bakti sosial. Selain itu, saya juga belajar membaca kartu tarot, semacam ramalan, tapi ini hanya berupa prediksi dan untuk hiburan saja.”

“Oh ... yang Teteh pernah bagi-bagi kupon untuk jompo dan anak yatim itu yah? Terus yang semacam ramalan menggunakan kartu itu gimana Teh?" tanya Arin dengan heran. 

Darsiah mengangguk. Diajaklah Arin masuk ke dalam rumah Darsiah. Diambilnya kartu tarot dari kamarnya kemudian Darsiah memperkenalkannya pada Arin. Darsiah menanyakan tanggal lahir Arin, tanpa Arin meminta, Darsiah menjejerkan beberapa kartu dan membacakan prediksi selama beberapa bulan ke depan.

“Arin lahir tanggal dua september ya, berarti Arin berjodiak Virgo. Lambang zodiaknya gambar perempuan. Virgo itu berarti perempuan tangguh dan kuat. Dari tebaran kartu ini, ada kartu the hermit, justice, the moon, temperance, dan the star. Kamu butuh kedamiaan serta ketenangan dari keriuhan di batinmu selama ini, kamu juga orang yang selalu melakukan perubahan untuk meraih mimpi. Kalau kamu punya pacar, kamu adalah orang yang penyabar. Kamu mampu menciptakan kedamaian, pesannya terkait asmara usahakan jangan sering bertemu apalagi berlebihan, saling belajar lewat komunikasi terlebih dahulu, namun perlu juga kejujuran dan keterbukaan dengan orang tua.”

Arin tercengang, berpikir seolah Darsiah benar-benar seorang peramal. Selain itu, Arin senyum-senyum sendiri dan berkata “oh...” berkali-kali ketika mendengarkan semua perkataan Darsiah. Seolah yakin dan bertekad akan mengikuti semua saran atau pesan yang di sampaikan itu. Padahal Darsiah hanya menitip sugesti dan motivasi terhadap gadis yang dia rasa senasib dengannya.


Serang, 31 Des 2021



____

Arsip kedua, Minggu 2 Jan 20222

#Komentar Angkatan ke-10


Postingan Populer