Catatan Ray Ammanda | Magang Literasi 2021 di Rumah Dunia
Oleh Ray Ammanda
Terhitung sejak tanggal 13 Agustus 2021, kegiatan Magang Pegiat Literasi 2021 secara resmi dibuka oleh Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbud-Ristek, Dr. Samto. Dengan menggunakan dua metode pertemuan berbasis daring dan luring, kegiatan tersebut dilangsungkan hingga 27 Agustus 2021. Oleh karena masih diberlakukannya pembatasan aktivitas publik akibat pandemi Covid-19, acara magang juga kemudian disebar menjadi beberapa titik se-Indonesia, salah satunya di Rumah Dunia, Kota Serang.
Sebagai salah satu pegiat literasi di Kabupaten Serang, saya yang tergabung dalam keanggotaan #Komentar (Komunitas Menulis Pontang-Tirtayasa) yang digagas Pak Encep Abdullah Pontang merasa beruntung bisa ikut serta dalam kegiatan positif semacam ini. Selain dapat menyambung tali silaturahmi dan memperluas jejaring dengan sesama pegiat literasi yang tersebar di berbagai Kota/Kabupaten di Provinsi Banten, kegiatan sekelas nasional seperti ini juga patut di banggakan. Pasalnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, Komunitas Rumah Dunia sebagai salah satu representatif komunitas literasi di Provinsi Banten ternyata dilirik, diamati dan juga diperhitungkan dalam kancah gerakan literasi nasional. Kepercayaan tersebut yang mesti di jaga oleh Rumah Dunia maupun para peserta magang.
Kemudian ada banyak kesan dan pengalaman yang saya dapatkan melalui kegiatan Magang Pegiat Literasi di Rumah Dunia. Salah satunya, saya bisa bertemu, bertukar pikiran serta berbagi pengalaman dengan para pegiat literasi lain yang tersebar di berbagai pelosok Banten. Saya bahkan sempat tertegun mendengar salah satu kisah perjuangan mereka dalam mengkampanyekan budaya baca-tulis di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Kisah heroik dari Kang Panji Bahri Majid sosok perintis gerakan Wara-wiri Mengajar di Kota Tangerang bisa menjadi salah satu contohnya. Berawal dari kegelisahan pribadinya ketika masih menjadi seorang mahasiswa di tahun 2018, Kang Panji kemudian memulai gerakan literasinya dengan mengajak satu teman kelasnya bernama Lina Mariani. Secara konsisten pada setiap hari Sabtu dan Minggu, mereka berdua rutin menggelar lapak buku di Taman Ekopak Kota Tangerang. Perlahan-lahan, jumlah relawan pun makin banyak yang terdiri dari beragam latar belakang. Kendati yang awalnya hanya menyediakan lapak buku, mainan maupun hanya melakukan pengajaran kepada anak-anak yang berkunjung, saat ini Wara Wiri Mengajar telah bergerak ke arah kegiatan-kegiatan sosial yang lain, seperti melakukan santunan anak yatim.
Kang Panji sebagai orang yang terdidik merasa memikul beban moralitas. Dengan tekad itu pula ia menjadi tergerak sebagai pegiat literasi. Bila orang yang terdidik saja cuek terhadap kondisi masyarakat, bagaimana dengan orang yang tidak terdidik, dalam salah satu ungkapannya. Berbekal niat tulus itu, berjalan waktu gerakan Wara Wiri Mengajar mendapat banyak support dan apresiasi dari berbagai pihak hingga sekarang.
Meskipun terbilang baru, gerakan literasi juga telah digelorakan oleh Muhamad Eman Sulaiman di Kabupaten Lebak. Terlepas dari periode kemunculannya, inisiatif Kang Eman layak diapresiasi dan diperhitungkan. Setelah saya gali, keberangkatan niat Kang Eman sebetulnya tak jauh berbeda dengan Kang Panji, sama-sama berupaya pengin bermanfaat bagi masyarakat. Sejak 28 Februari 2020, Kang Eman mulai menginisiasi gerakan bernama Motor Literasi Qi Falah. Melalui salah satu program Geulis (Gerakan Literasi Sekolah), Kang Eman beserta beberapa relawan secara berkala menyambangi sekolah-sekolah. Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, gerakan mereka menyasar madrasah-madrasah yang cenderung lebih longgar.
Pak Andi Suhud Trisnahadi dalam materinya "Membangun Sikap dan Semangat Kerelawanan" pun menyampaikan, bahwa alasan seseorang menjadi relawan biasanya dilatarbelakangi keikhlasan pribadi dalam menebar semangat-semangat kemanusiaan. Seperti pemenuhan kepuasan dalam diri, semangat altruisme, bermasyarakat, mempelajari sesuatu, mencipta atau mengelola organisasi, mengembangkan kemampuan profesional, perolehan otoritas, ingin mendapat pengalaman, berjejaring dengan kelompok tertentu, serta dalam upaya memperoleh kepuasan sosial tertentu. Beberapa poin di antaranya, sudah terefleksikan pada awal gerakan literasi yang digagas Kang Panji maupun Kang Eman ditempat mereka masing-masing.
Selain belajar dari pengalaman para peserta pegiat literasi, saya juga bertemu dengan narasumber-narasumber hebat di Rumah Dunia. Dari beberapa nama narasumber, perhatian saya tertuju kepada Pak Rahmat Heldy Hs yang memberikan materi terkait Literasi Baca-Tulis.
Di samping kapabilitas beliau yang sudah tidak diragukan melalui berbagai karya-karyanya yang tersebar di berbagai media massa maupun yang telah di bukukan, gaya pemaparan materi yang disampaikannya pun cenderung santai, tajam dan tidak membosankan.
Di awal penjelasan, beliau mengupas cara penulisan esai habis-habisan. Yang membuat saya terkejut, beliau kemudian memuji hasil karya esai saya yang berjudul "Suluh Literasi dari Serang Utara". Berdasarkan pengakuannya, esai saya hampir tidak ada celah kelemahan. Sangat rapi struktur ide maupun penulisannya. Ada rasa kebanggaan tersendiri ketika hasil karya buah tangan saya di apresiasi oleh orang sekaliber beliau. Dan tentunya, beliau tak lupa juga mengapresiasi sekaligus mengoreksi karya teman-teman saya yang lain.
Adalah sikap keramahtamahan panitia Rumah Dunia yang juga membuat kesan tersendiri bagi saya. Perlakuan mereka sangat hangat kepada seluruh peserta magang. Terutama keterbukaan Mas Golagong Penulis sebagai sosok pendiri Rumah Dunia sekaligus Duta Baca Indonesia 2021-2025, yang sampai dengan senang hati memperlihatkan kepada kami suasana ruang kerjanya. Sebagai narasumber, tak lupa beliau pun mengingatkan bahwa kunci dasar berjejaring ialah take and give. Kedua belah pihak harus sama-sama merasa diuntungkan. Kurang baik bilamana ada satu pihak yang dirugikan. Hal ini perlu diingat, oleh karena dampaknya bisa jangka panjang. Dengan kita menerapkan pola saling memberi dan menerima ketika berjejaring, secara otomatis kita sedang membangun kepercayaan, kenyamanan, serta keberlanjutan hubungan sampai seterusnya.
Keluar dari pada konteks itu, ada hal lain yang membuat saya terkejut dan bingung. Yaitu mengenai ditembaknya satu peserta magang perempuan oleh salah seorang panitia dari relawan Rumah Dunia pada saat momen santai di luar keberlangsungan materi itu. Sebetulnya tidak menjadi soal. Hanya saja, yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, kapan mereka PDKT (PenDeKaTan) nya?
Justru, pengaruh yang berdampak besar terhadap saya adalah soal resume tulisan yang selalu ditagih oleh panitia. Mau tidak mau, suka tidak suka, mood sedang baik atau buruk, selama sepuluh hari kegiatan berjalan diharuskan untuk tetap menulis dan setor catatan. Pembelaannya, panitia bakal diminta pertanggungjawaban dari pihak Kemendikbud Ristek sebagai bukti pelaporan. Sangat menjengkelkan bukan?
Di lain pihak, saya tetap memaknai tekanan tersebut dengan sportif. Setelah hak-hak sebagai peserta saya dapatkan, pada gilirannya saya diharuskan juga menunaikan kewajiban. Prinsip profesionalisme tersebut yang menjadi alasan saya mau melakukan hal itu. Tekanan itu pun saya jadikan sebagai suatu tantangan. Melalui tantangan, saya dapat menguji seberapa dalam daya serap saya dalam memahami setiap materi.
Jujur saja, berada ditengah suasana Rumah Dunia juga membuat saya merasa bosan. Bayangkan saja, di setiap sudut ruangannya selalu terlihat jejeran buku-buku. Rumah Dunia membuat saya jemu. Untungnya, kebosanan itu berdampak positif. Sebab setelah saya pikir-pikir, buku merupakan medium penting transmisi nilai-nilai kebudayaan serta mampu membangun peradaban. Barangkali, pesan itu yang hendak Rumah Dunia sampaikan kepada setiap tamu barunya.
Melalu kegiatan Magang Pegiat Literasi 2021 bersama Rumah Dunia, spirit penyebaran benih-benih literasi yang dilakukan peserta magang selama ini seakan di refresh kembali. Pegiat literasi jangan berjalan sendirian. Setiap impian yang hendak dicapai oleh para pegiat literasi juga jangan sampai berserakan. Strategi berjejaring dan berkolaborasi sangat penting untuk dilakukan. Saya mendapatkan hal itu di kegiatan ini.
Serang, 22 Agustus 2021