Cerpen Kapsah | Jangga

 Cerpen Kapsah



Pemuda berusia 25 tahun, anak tunggal dari seorang petani dan penjahit rumahan. Hidup serba berkecukupan, keinginan selalu diturutin, tidak pernah ada penolakan dan paksaan, itu umumnya yang dirasakan pada seorang anak tunggal, tapi tidak bagi Jangga. Badannya kurus, jarang untuk bisa tidur cepat, lebih sering melamun dan begadang karena dihati dan batinnya penuh dengan gejolak.

Ketika Jangga lulus SMA, orang tuanya semangat dan ingin Jangga lanjut sampai perguruan tinggi, namun saat itu tidak ada hal yang bisa buat dia menjadi termotivasi untuk kuliah. Tetapi untuk mencari kerjaan juga tidak gampang, kita harus punya "orang dalam". Terlalu lama menunggu panggilan kerja, tak terasa dia jadi pengangguran hampir dua tahun lamanya. Atas saran Bapaknya dia melamar kerja di salah satu pabrik di Jakarta Barat tempat Bapaknya kerja dulu, dia diterima tapi tak bertahan lama, berhenti dengan alasan sepele, yaitu karena dia tidak bisa bertemu dengan teman akrabnya ketika di SMA. Pulanglah Jangga dan kembali menjadi pengangguran. 

Layaknya laki-laki normal seperti pemuda pada umumnya, Jangga juga tertarik dengan perempuan, awalnya dia hanya diminta untuk menemani temannya apel tapi tanpa sengaja tumbuh pula benih-benih cinta dengan sosok perempuan yang dia temui ketika mengantar temannya itu. Setelah itu dia lebih sering apel sendiri, meski tidak setiap malam Minggu. Kulitnya yang sawo matang dengan perawakan yang sedang, serta hidungnya yang mancung, terkesan manis dan tidak membosankan hanya saja ketika apel sering diledek oleh kawannya "masa ngapelin cewek pakai motor mantri" entah hanya lelucon, motivasi atau hanya iseng saja tapi hal itu juga mengusik jiwa Jangga meski dia menanggapi itu dengan tersenyum, tapi batinnya terluka. Motor yang dia bawa itu motor tua milik bapaknya. Meskipun anak tunggal orang tuanya tidak menuruti kemauan anaknya untuk membeli sepeda motor, Jangga berpikir bahwa orang tuanya memang tak niat membelikan bukan karena tidak mampu.

Benar saja, tidak sampai tiga bulan pacaran, Jangga diputusy⁶ dan ditinggal menikah oleh perempuan yang sering dia apelin hanya karena laki-laki itu apel malam minggu pakai motor yang dudukannya lebih tinggi dan langsung ngajak menikah. Jangga sedih dan kecewa, namun pasrah. Diam menangis dan terisak sendiri di kamar. Hatinya panas, semangat untuk kerja kembali membara. mencari info kepada teman dan kerabat akhirnya Jangga kerja di pabrik gula meski harus membayar beberapa uang sebagai administrasi, namun baru tiga hari kerja Jangga sakit dan terpaksa berhenti, tidak kuat bekerja keras di tempat produksi sebagai pemanggul gula.

Bahu dan punggungnya yang masih sakit, teringat perempuan yang dia sayangi meninggalkannya. Tiba-tiba ponselnya berdering, awalnya tak peduli. Ditatapnya layar ponselnya tanpa respons entah kenapa kemudian dia mengangkat teleponnya ternyata telpon itu dari Salsa, dia tidak kenal Salsa sebelumnya tapi dia ingat kalau Agus temannya pernah meminjam ponselnya untuk menelepon perempuan yang bernama Salsa. Berbincang dengan Salsa meski baru pertama kali Jangga merasa nyaman, dia merasa punya teman cerita dan setidaknya dia sedikit lupa akan pedihnya ditinggal nikah orang yang dia sayang dan susahnya mencari kerjaan meski lulusan SMA. 

Semenjak Jangga mengenal Salsa yang anak kuliahan, Jangga bosan mencari kerja, dia termotivasi untuk kuliah. Izin kepada orang tua dan orang tua menukungnya berharap dia bisa lebih mudah mendapat pekerjaan yang layak, tidak pengangguran. Akhirnya Jangga jadi mahasiswa.

“Aku ingin memiliki kamu, tapi kalau kamu sarjana sedang aku tidak, mungkin orang tuamu enggan untuk menerimaku,” ungkap Jangga ketika Salsa menanyakan mengapa Jangga memilih kuliah.


“Bukankah jodoh tidak harus memandang status, jika berjodoh siapapun kamu dan aku bisa bersatu. Tidak harus sama-sama sarjana,” Tegas Salsa. 

Jangga semakin jatuh cinta dengan Salsa, namun dia tetap melanjutnya niatnya untuk kuliah. Mereka menyatu dalam rasa cinta, berjanji untuk berjuang bersama sampai bersatu. Karena tuntutan beasiswa Salsa bisa lulus tepat waktu, sedang jangga baru masih semester empat. Bertahun-tahun mereka bersama, Salsa sudah kerja sebagai salah satu staf di kantor, namun Jangga sudah tidak ada pikiran untuk kuliah, selama kuliah banyak mata kuliah yang mengulang sampai semester sepuluh dia belum lulus ibunya selalu menegurnya. Dulu ada Salsa yang membantu dan menemaninya menyelesaikan tugas-tugas kuliah, ketika Salsa kerja waktunya sulit untuk bisa bertemu, berdiskusi dan mengerjakan tugas bersama. 

Hidupnya yang merasa sudah semerawut, lelah ditegur orang tua karena belum lulus tiba-tiba Salsa meminta Jangga untuk segera menikahinya karena orang tua Salsa sudah menuntutnya untuk menikah. Hatinya kembali menangis, pedih serta bingung harus bagaimana.

Dua minggu kemudian Salsa ke rumah Jangga, menyampaikan kabar bahwa dia akan menikah dengan seseorang pilihan orang tuanya. Jangga diam dan tersenyum. Semangat dan harapannya jatuh seketika, merasa lebih terpuruk dibanding dulu saat pertama kali ditinggal menikah. Dia merasa tidak terima atas semua ini, sudah bersama selama bertahun-tahun, berjuang dan berusaha lebih baik tapi perempuan yang disayangnya begitu mudah meninggalkannya.

Di hari pernikahan Salsa datang mobil truk membawa dua ekor kerbau berhenti tepat di depan tenda resepsi pernikahannya. Semua tercengang, dibukanya pintu belakang truk kemudian ditariknya tali tambang yang mengikat kepala kedua kerbau tersebut oleh Jangga dengan tangan kanan dan kirinya serta penuh amarah. Kedua kerbau dan Jangga sebagai pawangnya itu kemudian masuk ke arena tenda resepsi pernikahan. Suasana resepsi pernikahan riuh dan kacau.


___

Arsip 9 Jan 2022

#Komentar Angkatan ke-9


Postingan Populer