Puisi-Puisi Nurhadi | Berpulang | Adinda | Kita Barang Sesaat
Puisi Nurhadi
Berpulang
Gema ilahi mengiring
Menabur di kuping-kuping
Dinding bergetar
Semayam kalam
Gema ilahi mengiring
Memundak keranda
-Ayah mereka-
Berkaca-berkaca kerabat
Saling mendekat
Gema ilahi mengiring
Renjana putus rencana
Anak-cucu berpandang
Kesayangan berpulang
Selama jalan
Tirtayasa, 13 Maret 2022
Adinda
Berdebar laut asmara,
dari kidung panjangku
mengharap citra.
Yang mana bait demi baitnya,
kuwartakan namamu itu
segenap rasa.
Mereka bilang itu percuma;
yah... apalah daya,
jiwa ini telah melekat pada kata.
Hai pujangga! aku bersaksi.
Demi malam yang padam ini,
kutentukan dirinya di diriku.
Aku juga berani bersumpah,
diriku di dirinya.
Adinda, adinda, adinda!
Bukankah kau yang meneguhkan
begitu padaku.
Putus asa adalah manusia mati.
Mati semati-matinya.
Hampir saja aku putus asa.
Mati semati-sematinya.
Hai dikau sana sang singgasana.
Menyaru waktu rupa kasta.
Aku belum mati.
Hidupku takkan mati.
Cinta takkan mati.
Abadi berapai-api.
Tirtayasa, 15 Jan 2022
Kita Barang Sesaat
Pantaskah durjana ini merebak barang sesaat,
aku sudah tak tahan menahan-nahan,
ingin kiranya tubuhmu itu
merebah pada serasi nafas kita yang beradu.
Saling membuka rahasia.
Tak perlu terikat pernikahan.
Sunggu mengasyikan bukan?
Dua insan mana yang seperti kita, yang saling melengkapi, barang sesaat?
Yah, kita barang sesaat.
Sudahlah,
mari kita tuntaskan malam ini,
aku sudah tak tahan menahan-nahan.
Mari bermain rerinduan.
Ayolah...
Rebahkan tubuhmu itu.
Kita ini barang sesaat!!
Tirtayasa, 13 Feb 2022
Arsip #Komentar 10
Minggu, 13 Maret 2022