Cerpen Rahma Azmina | Tas Merah Darah
Seorang pria berbadan berisi dengan perawakan preman mengejar pria kurus yang menggendong tas berwarna merah darah. Pria kurus tersebut tampak ketakutan dan enggan tertangkap, hingga ia berlari menembus orang lalu lalang. Sesekali, ia menabrak. Dengan cepat bangkit, lalu kembali berlari. Hal ini mengundang perhatian orang sekitar, tak butuh waktu lama segerombolan orang menahan lalu memukuli pria yang perawakannya seperti preman. Melihat itu, pria kurus mulai tenang dan menghentikan langkahnya. Hanya satu kalimat yang terucap dari bibirnya, yaitu ucapan terima kasih. Tak lama setelahnya, ia mengambil langkah seribu tanpa menengok ke belakang.
Warga masih terus memukuli preman, walaupun darah segar telah mengalir dari tubuhnya, juga warna kulit yang awalnya sawo matang kini membiru. Sempat ada perlawanan, namun nihil sebab kalah jumlah. Merasa tak berdaya, pria berbadan besar ini pasrah menerima pukulan para warga. Ada yang memukul dengan tangan kosong, bahkan ada juga yang mengenakan batu. Suasana menjadi ricuh tak karuan, hanya karena memukuli preman. Di tengah kegaduhan, datang wanita berkulit putih yang memerah karena berlari. Matanya melotot dengan mulut menganga melihat preman habis dipukuli massa. Ia berteriak menyalahkan para warga, semua keheranan sebabnya.
Padahal, mereka menolong yang akan menjadi korban preman. Bukannya berterima kasih, wanita ini justru marah. Di tengah kebingungan, mereka baru sadar hal yang janggal. Wanita tersebut membantu preman, dan meneriaki warga untuk cepat memanggil ambulans. Awalnya warga tak menurut dan justru membantah dengan dalih ala menghakimi, hingga perempuan tersebut mengancam yang membuat mereka pucat gemetar ketakutan. Ini karena kejanggalan yang baru mereka sadari, yaitu gelagat juga tas yang dibawa pria kurus tadi. Di tambah lagi, perempuan kolot ini. Warga yang memukuli juga wanita yang memarahi warga, ikut ke Rumah Sakit. Ada yang ikut ambulans, ada juga yang dengan sepeda motor. Perempuan yang tadi tubuhnya memanas, kini sedingin es. Ia merapatkan antar hari tangannya kuat, sesekali menggigit kuku tangannya.
***
Dokter keluar, memberi kabar yang membuat perempuan tersebut lega melepas kekhawatirannya. Salah satu warga yang tak kuat menahan rasa penasarannya pun bertanya. Jawaban yang disertai penjelasan, mengejutkan semuanya. Mereka saling pandang, membisu. Wanita tersebut kini kembali marah. Sebab, tas yang berisi dompet; handphone juga barang berharga lainnya hilang diambil copet. Padahal, pria yang mereka kira preman justru orang yang mau menolong. Memang awalnya, wanita salah mengira juga. Tapi, ketika melihatnya ia mengenali pria berperawakan preman tersebut. Memang dulunya ia preman, namun kini sudah taubat.
Pria berbadan besar pria itu bertahap memperbaiki sifatnya dengan mencoba menolong, tapi setiap orang yang ditolong justru salah sangka karena penampilannya. Untuknya, belum merasa terbiasa jika mengubah penampilan. Makanya, ia masih berpenampilan yang sama. Kini marah pun, wanita tersebut tidak akan mendapat kembali tasnya, juga keadaan sang kekasih.
***
Pria bertubuh besar telah siuman, ia mengasingkan diri dari yang lainnya, berdalih ingin ke kamar mandi. Saat ada salah satu warga mengajukan diri untuk menemani, ia menolak dengan alasan remeh karena malu. Karena rasa bersalah, mereka tak bisa memaksa.
Di kamar mandi, pria bertubuh besar melirik kanan-kiri. Setelah memastikan benar-benar sepi, ia mengeluarkan ponsel dari saku lalu memencet beberapa tombol pada ponselnya. Dari ponsel, terdengar suara lelaki. Lelaki tersebut bangga menyombongkan diri karena aktingnya, namun dibantah oleh pria berbadan besar. Karena, tragedi copet kali ini adalah rencananya. Ia ingin membuat kekasihnya percaya kalau ia sudah berubah. Mereka berdua pun tertawa puas dengan hasil sandiwara yang memuaskan, sesuai ekspektasi. Tidak ada yang tahu preman ini benar-benar insaf, atau hanya sandiwara lainnya belaka.
Senin, 25 Juli 2022